Jakarta – Pusat Ekspor Rusia (REC) melihat Indonesia sebagai pasar yang sangat menjanjikan untuk ekspansi ekspor. Dengan statusnya sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan keanggotaan baru di BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan), blok negara-negara yang bekerja sama untuk meningkatkan pengaruh mereka dalam ekonomi global, Indonesia semakin menarik perhatian dari para pebisnis Rusia.
“Indonesia merupakan salah satu tujuan ekspor Rusia yang paling menjanjikan. Sekarang adalah waktu yang tepat bagi para pelaku usaha Rusia untuk memasuki pasar Indonesia dan memanfaatkan peluang yang tersedia,” kata Direktur Jenderal REC Veronika Nikishina dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Senin, 7 April.
Veronika mengatakan REC akan memimpin misi bisnis pertamanya ke Jakarta, yang dijadwalkan berlangsung pada 14 hingga 15 April di Hotel Raffles. “Lebih dari 30 perusahaan Rusia akan berpartisipasi, termasuk produsen solusi digital, produk makanan, dan berbagai barang industri,” katanya.
Menurutnya, kehadiran REC dalam misi dagang perdana ini akan memberikan dampak positif bagi para pengusaha Indonesia. Acara ini diharapkan dapat membuka peluang bagi kemitraan bisnis dan keterlibatan langsung antara perusahaan Rusia dengan mitra Indonesia.
Indonesia secara resmi diumumkan sebagai anggota baru BRICS oleh pemerintah Brasil pada hari Senin, 6 Januari 2025. Awalnya didirikan pada tahun 2009 sebagai klub informal, BRICS menyediakan platform bagi negara-negara anggota untuk menantang tatanan global yang telah lama didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutu Baratnya.
Pandu Utama Manggala, diplomat Indonesia yang bertugas di Biro Dukungan Strategis Kementerian Luar Negeri, mengatakan keputusan untuk bergabung dengan BRICS menandai babak baru dalam lintasan diplomatik Indonesia.
Melalui keanggotaannya di BRICS, Pandu mencatat, Indonesia memperkuat identitasnya sebagai bagian dari koalisi yang berkomitmen untuk mereformasi tata kelola global.
“ BRICS tidak hanya menawarkan hubungan ekonomi yang lebih kuat. BRICS juga menyediakan platform strategis untuk mengadvokasi reformasi di lembaga-lembaga global yang sering dianggap tidak adil bagi negara-negara berkembang,” katanya, seperti dikutip dalam kolom opini Tempo .