Business New City – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin masih mencari solusi atas masalah mahalnya harga obat-obatan di Indonesia. Ia menyatakan hal itu menjadi salah satu fokus pembahasan bersama Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Masalah mahalnya obat-obatan itu juga tengah dibahas bersama Kementerian Perdagangan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, dan Kementerian Keuangan.
“Namun satu hal yang kita lihat, yang sudah kita ketahui, adalah harga obat di Indonesia lebih mahal,” kata Budi seusai menghadiri rapat kerja Komisi IX DPR, Senin, 8 Juli.
Saat ditanya solusi atau kebijakan apa yang akan diambil, Budi mengatakan hal itu masih dalam pembahasan. Ia mengatakan akan segera menyelesaikan masalah tersebut. “Mohon bersabar karena kami masih berkoordinasi,” katanya.
Budi menyebutkan beberapa faktor yang membuat harga obat di Indonesia lebih mahal dibanding di Malaysia atau Singapura. Namun, ia mengatakan perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti tingginya harga obat di Indonesia.
“Bisa jadi pajak, bisa jadi distribusi, bisa jadi tata kelola. Yang akan kami lakukan sekarang adalah menilai berapa banyak dari isu-isu ini yang berkontribusi terhadap masalah tersebut,” katanya.
Budi menambahkan, pemerintah Indonesia akan membahas masalah ini dengan negara-negara G20 dan ASEAN. Menurut Budi, hal ini perlu dilakukan untuk mencari tolok ukur yang tepat terkait biaya produksi obat dan alat kesehatan. “Ini akan kita bahas lagi dengan negara-negara G20 dan ASEAN. Kedua, setelah kita mendapatkan datanya, baru kita cari tahu penyebabnya apa,” katanya.
Sebelumnya, Budi mengatakan Presiden Jokowi telah memerintahkan perbaikan sistem industri kesehatan. Salah satu prioritas Jokowi adalah tingginya harga obat-obatan yang tidak sesuai dengan kondisi industri kesehatan dalam negeri.
“Presiden juga meminta agar obat-obatan dan alat kesehatan dalam negeri dikembangkan agar Indonesia semakin tangguh menghadapi pandemi berikutnya,” kata Budi usai mengikuti rapat terbatas tersebut.