KBRN, Jakarta: Bergabungnya Indonesia ke BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) diyakini dapat meningkatkan hubungan dagang Indonesia dengan negara-negara tersebut. Hal ini disampaikan Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia Suzie Sudarman.
“Kalau misalnya, BRICS itu akhirnya bisa mengangkat Indonesia kondisi ekonomi yang jauh lebih baik. Karena hubungan dagang bisa terealisasi, ini suatu pilihan dari presiden yang baru,” kata Suzie dalam perbincangan bersama Pro 3 RRI, Sabtu (26/10/2024).
Menurut Suzie, dasar kerja sama Indonesia dengan BRICS berdasarkan Pembukaan UUD 1945. Selain itu, dalam koridor politik bebas aktif.
“BRICS ini kan forum multilateral baru. Itu dasarnya politik bebas aktif,” ujarnya.
Lebih lanjut, Suzie mengungkapkan, sejumlah kerja sama yang bisa dilakukan Indonesia di dalam BRIC. Seperti di sektor pangan dengan Afrika Selatan.
“Afrika Selatan itu sumber pangan ya karena agrikultur mereka sangat baik. Indonesia juga mengimpor hasil pangan dari Afrika,” ucapnya.
Selain itu, Indonesia dapat kerja sama energi dengan negara-negara BRICS. Terutama dengan Rusia yang berlimpah cadangan minyak buminya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Sugiono secara resmi menyatakan keinginan Indonesia untuk bergabung dengan blok ekonomi BRICS. Hal itu sebagai pengejawantahan politik luar negeri nasional yang berdasar nilai bebas aktif.
Hal tersebut disampaikan Sugiono dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia, Kamis (24/10) waktu setempat. “(Bergabungnya RI ke BRICS) bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” kata Sugiono seperti dikutip laman Antara.
Ia mengatakan, keinginan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memandang BRICS sebagai wahana yang tepat. Perihal ini untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama negara-negara Selatan Global (Global South)