Melacak Kinerja Perdagangan Indonesia dengan India dan Pakistan

Jakarta – Meningkatnya konflik antara India dan Pakistan telah menimbulkan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap perdagangan Indonesia. Kedua negara di Asia Selatan tersebut merupakan mitra dagang Indonesia.

Konflik bersenjata antara India dan Pakistan meningkat pada 7 Mei 2025, setelah India melancarkan serangan rudal ke sejumlah wilayah di Kashmir Pakistan. Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, Juru Bicara Militer Pakistan, mengonfirmasi kepada Al Jazeera bahwa rudal India menghantam empat lokasi di Punjab dan dua wilayah di Kashmir yang dikuasai Pakistan. Serangan itu terjadi sekitar pukul 01.00 waktu setempat pada Rabu, 7 Mei 2025.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan Indonesia dengan kedua negara masih surplus. Neraca perdagangan Indonesia dengan India pada 2024 surplus sebesar US$14,67 miliar. Ekspor Indonesia pada 2024 mencapai US$20,33 miliar, sedangkan impor sebesar US$5,66 miliar. Kementerian Perdagangan mencatat ekspor Indonesia ke India berupa batu bara, minyak sawit, baja, bijih tembaga, dan perhiasan.

Neraca perdagangan Indonesia dengan Pakistan masih surplus pada 2024, yakni sebesar US$2,9 miliar. Data BPS menunjukkan, ekspor Indonesia ke Pakistan pada 2023 senilai US$3,5 miliar, sedangkan impor dari Pakistan sebesar US$621 juta.

Hubungan dagang Indonesia dengan kedua negara tengah hangat. Indonesia menandai hubungan tersebut dengan kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India pada Januari 2025. Seperti dilansir Antara pada 19 Februari 2025, Prabowo menjadi tamu kehormatan pada Hari Republik India.

Kerja sama kedua negara semakin diperkuat dengan penandatanganan lima nota kesepahaman (MoU) di berbagai sektor seperti kerja sama kesehatan, pengendalian mutu obat tradisional, pengembangan teknologi digital, keselamatan dan keamanan maritim, serta pertukaran budaya.

Meski Prabowo tidak melanjutkan perjalanannya ke Pakistan, hubungan dagang Indonesia dengan Pakistan cukup baik. “Saya yakin hubungan Indonesia dan Pakistan yang sudah terjalin erat akan terus tumbuh, saling menguntungkan, dan sejahtera,” kata Menteri Perdagangan Budi Santoso saat menghadiri Peringatan Hari Nasional Pakistan ke-85 dan Hubungan Bilateral Indonesia-Pakistan ke-75 di Jakarta, Senin, 28 April 2025.

Budi mengungkapkan kegembiraannya melihat Pakistan muncul sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia di kawasan Asia Selatan. Ia mencatat bahwa perdagangan bilateral menunjukkan tren positif sebesar 7,92 persen selama lima tahun terakhir, yang mencakup produk-produk seperti minyak kelapa sawit, tekstil, mesin, farmasi, dan produk makanan halal.

Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Pakistan yang dimulai sejak 2012 telah meningkatkan nilai perdagangan dari US$1,6 miliar menjadi US$4 miliar pada 2024. Saat ini, kedua negara tengah berunding untuk meningkatkan PTA menjadi Trade in Goods Agreement (TIGA) guna memperluas cakupan sektor, seperti pertanian, keuangan Islam, inovasi digital, dan perdagangan berkelanjutan. “Kedua negara sepakat untuk memperluas cakupan kemitraan dengan meningkatkan PTA menjadi Trade in Goods Agreement (TIGA) yang saat ini tengah dinegosiasikan,” kata Budi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *