Menteri: Ekspor Beras Ditunda Meski Cadangan Tertinggi, Antisipasi Kondisi Terburuk

Jakarta – Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan, peningkatan cadangan beras nasional tetap menjadi prioritas utama pemerintah sebelum mengizinkan ekspor beras, meski produksi melonjak dan stok mencapai 3,18 juta ton.

“Kita perlu pastikan dulu kekuatan stok kita,” kata Amran saat Rapat Koordinasi Nasional bersama 37.000 penyuluh pertanian, seperti dikutip Antara , 27 April 2025.

Pernyataan Amran menanggapi pernyataan Presiden Prabowo Subianto sebelumnya yang mengisyaratkan keterbukaan terhadap ekspor beras karena surplus produksi. Amran menegaskan bahwa ekspor hanya akan dipertimbangkan jika pasokan dalam negeri benar-benar aman, terutama dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi terhadap produksi pangan global.

“Yang penting kita punya cukup persediaan dalam negeri. Kita perlu memastikan kecukupan kita, dan jika perlu, kita perlu memastikannya lebih dari cukup. Mengapa? Karena iklim tidak dapat diprediksi,” imbuhnya.

Amran memperingatkan tentang risiko cuaca ekstrem, dengan mengutip krisis pangan di Jepang, Malaysia, dan Filipina sebagai contoh peringatan. Ia menegaskan bahwa Indonesia tengah membuat langkah signifikan menuju swasembada pangan, dengan keamanan pangan nasional menjadi prioritas utama dalam lingkungan global yang semakin tidak stabil.

“Kita perlu mengantisipasi kemungkinan terburuk. Jangan sampai apa yang terjadi di Jepang, Malaysia, dan Filipina terjadi di sini,” kata Amran.

Presiden Prabowo sebelumnya telah memberikan persetujuan ekspor beras ke sejumlah negara, dengan alasan produksi yang melimpah. Ia tidak menyebutkan negara tujuan ekspor, tetapi Malaysia telah menyatakan minatnya untuk membeli beras Indonesia.

“Saya menerima laporan dari Menteri Pertanian, Menteri Pangan, beberapa negara meminta kita untuk mengirim beras. Saya mengizinkan! Dan saya perintahkan kita kirim beras,” kata Prabowo saat peluncuran Gerakan Menanam Indonesia (Gerina) di Banyuasin, Sumatera Selatan, pada 23 April 2025.

Ia juga menekankan bahwa ekspor, jika perlu, harus mengutamakan kebutuhan kemanusiaan daripada keuntungan.

“Kalau perlu, atas dasar kemanusiaan, jangan cari untung berlebihan. Yang penting biaya produksi, biaya transportasi (distribusi), biaya administrasi. Kita buktikan Indonesia bukan lagi negara yang meminta-minta, tapi negara yang bisa menolong dan memberi kepada negara lain,” kata Prabowo.

Stok Beras Indonesia Capai Rekor Tertinggi dalam Sejarah

Menteri Amran mencatat, stok beras saat ini sebesar 3,18 juta ton merupakan stok tertinggi dalam 23 tahun terakhir, bahkan mungkin tertinggi sejak kemerdekaan.

Ia juga melaporkan bahwa produksi beras nasional meningkat 50-62 persen dari Januari hingga April 2025, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Amran menilai hal ini merupakan capaian luar biasa di tengah krisis pangan dan kenaikan harga di daerah.

“Saat ini kita surplus (beras), sementara negara sahabat, negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, dan Jepang sedang kesulitan pangan. Ini kebanggaan kita,” katanya.

Dorongan jangka panjang Presiden Prabowo untuk mencapai swasembada pangan ditegaskan kembali pada Sidang Paripurna Kabinet pada bulan Desember 2024, di mana ia menyatakan optimisme bahwa Indonesia tidak perlu mengimpor beras pada tahun 2025.

“Dan itu sangat mungkin dan saya yakin betul bahwa pada tahun 2025, kita tidak akan mengimpor beras lagi,” ujarnya.

Wakil Menteri Sudaryono juga melaporkan surplus 2,8 hingga 3 juta ton hingga April 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) menilai kebijakan larangan impor Indonesia turut menyebabkan turunnya harga beras dunia. Menurut Kepala Badan tersebut Arief Prasetyo Adi, harga beras turun dari US$640 menjadi mendekati US$400 per metrik ton, sebagian karena berkurangnya ketergantungan Indonesia pada impor.

Sementara itu, Amran mengungkapkan sejumlah negara pengekspor beras tidak senang dengan peningkatan produksi Indonesia, karena membatasi pasar ekspor mereka.

“Kemarin, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengatakan bahwa produksi beras di Indonesia melonjak signifikan dan pernyataan mereka mengecewakan eksportir dari negara lain,” kata Amran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *